Pendidikan
dan Kewarganegaraan
Nama : Rizki Mitra
Hamdani
NIM : 130904029
Pembahasan Mengenai Identitas
Nasional : Bahasa Indonesia Nasional Yakni Bahasa Indonesia
Permasalahan : Bagaimana Upaya Agar Bahasa Indonesia menjadi
Tuan Rumah di Negara Sendiri
Ada kasus menarik yang dimuat dalam
Harian Kendari Pos, edisi Selasa, 5 Febuari 2013 , halaman 8, yang patut kita
cermati dalam berita yang berjudul “Wartawan Tertawa, Paspampres ‘Makan Hati’”.
Kasus tersebut berkaitan dengan pidato pemimpin tertinggi di negeri ini,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Yang menarik perhatian wartawan,
termasuk penulis, adalah penggunaan bahasa campur yang disampaikan oleh SBY
pada saat meresmikan pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di
Jakarta.
Menurut salah seorang Staf Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Firman A.D bahwa penggunaan bahasa campur tersebut terdengar lucu bagi sebagian besar wartawan tulis yang sedang meliput peristiwa tersebut sehingga mengundang suara riuh wartawan dalam forum tersebut.
Menurut pengamatan para wartawan bahwa dalam berpidato bahasa Indonesia Presiden SBY sudah terbiasa menyelipkan bahasa Inggris. Namun, dalam kasus ini dianggap sangat berlebihan dan meriah bahasa campurnya karena dalam jangka waktu sekitar tiga puluh menit, SBY menggunakan setidaknya 24 frasa bahasa Inggris. Yang menjadi pertanyaan penulis saat ini adalah apakah tujuan SBY menyelipkan frasa bahasa Inggris tersebut?
Pemakaian bahasa oleh seorang pejabat memang patut mendapat perhatian karena sebagai pemangku jabatan dalam masyarakat seharusnya dapat menjadi panutan bagi masyarakat. Apalagi saat ini penggunaan bahasa Indonesia oleh pejabat negara telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya.
Menurut salah seorang Staf Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Firman A.D bahwa penggunaan bahasa campur tersebut terdengar lucu bagi sebagian besar wartawan tulis yang sedang meliput peristiwa tersebut sehingga mengundang suara riuh wartawan dalam forum tersebut.
Menurut pengamatan para wartawan bahwa dalam berpidato bahasa Indonesia Presiden SBY sudah terbiasa menyelipkan bahasa Inggris. Namun, dalam kasus ini dianggap sangat berlebihan dan meriah bahasa campurnya karena dalam jangka waktu sekitar tiga puluh menit, SBY menggunakan setidaknya 24 frasa bahasa Inggris. Yang menjadi pertanyaan penulis saat ini adalah apakah tujuan SBY menyelipkan frasa bahasa Inggris tersebut?
Pemakaian bahasa oleh seorang pejabat memang patut mendapat perhatian karena sebagai pemangku jabatan dalam masyarakat seharusnya dapat menjadi panutan bagi masyarakat. Apalagi saat ini penggunaan bahasa Indonesia oleh pejabat negara telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya.
Dalam Pasal 15 disebutkan bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden dan pejabat negara lainnya menyampaikan pidato
resmi dalam bahasa Indonesia pada forum nasional yang terdiri atas dan tidak
terbatas pada: forum nasional lainnya yang menunjang pada tujuan penggunaan
bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU No. 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jadi, kita
bisa menilai sendiri apakah penyampaian pidato Presiden SBY pada saat
meresmikan Pembukaan Perdagangan BEI di Jakarta termasuk resmi atau bukan.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan
hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan
dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis
menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan
bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat
Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan
bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa
Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa Inggris yang telah menjadi raja
sebagai bahasa internasional terkadang memberi dampak buruk pada perkembangan
bahasa Indonesia. Kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia
tergeser pada tingkat pemakaiannya.
Berbagai penyebab pergeseran
pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh bahasa asing tetapi
juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa
gaul. Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia
hampir di semua sektor kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih
sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk
“berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah
pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang mengidentifikasikan bahwa
masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki nilai.
Analisis Kasus & Kesimpulan Permasalahan : Dalam Menanggapi kasus ini, berikut ini
adalah Cara mengajak agar kita dapat menumbuhkan rasa sikap Nasionalisme dengan
mengunakan Bahasa Indonesia :
Cara Supaya Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia Tidak
Berkurang
Saat masyarakat lebih banyak
menggunakan bahasa Inggris, maka secara langsung ataupun tidak langsung sikap
nasionalisme terhadap bahasa Indonesia/ bahasa daerah sedikit demi sedikit akan
berkurang. Ada beberapa cara supaya sikap nasonalisme berbahasa Indonesia tidak
berkurang dari masyarakat Indonesia, dan para responden telah memberikan
pendapatnya seperti yang ada di bawah ini :
1)
Tambahan untuk pelajaran bahasa
Indonesia
Tambahan pelajaran untuk pelajaran bahasa Indonesia di
sekolah-sekolah akan membuat para siswa lebih dapat berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Selain itu siswa juga lebih dapat menguasai bahasa Indonesia.
2)
Pelajaran bahasa daerah dihidupkan
kembali
Pada saat ini, di sekolah-sekolah SMP DAN SMA sudah jarang
sekali kita temui pelajaran bahasa daerah, atau mungkin juga sudah tidak ada
pelajaran bahasa daerah. Bahasa daerah sekarang hanya dipergunakan di Sekolah
Dasar, itupun tidak semua Sekolah Dasar ada mata pelajaran bahasa daerah.
Sehingga bahasa daerah sudah banyak digunakan.
3)
Lebih mengutamakan bahasa Indonesia
dari pada bahasa inggris
Masyarakat lebih mengutamakan bahasa Indonesia, lebih dapat
menguasai bahasa pemersatu bangsa Indonesia, sebelum kita belajar bahasa asing,
bahasa inggris. Sehingga bahasa Indonesia tetap menjadi yang no 1, yang utama
bagi bangsa Indonesia.
4)
Lebih dapat mencintai bahasa
Indonesia/bahasa daerah
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang telah diciptakan oleh
para putra bangsa, dan telah disepakati oleh para pahlawan-pahlawan indonesia.
Bangsa Indonesia harus lebih mencintai dan menghargai bahasa Indonesia.
Walaupun belajar bahasa asing, namun nilai-nilai budaya bahasa Indonesia/bahasa
daerah tidak boleh ditinggalkan.
0 komentar:
Posting Komentar